Minggu, 17 Mei 2020

JALAN-JALAN SEJARAH

BANGKER JEPANG LEBONG GAJAH



Peninggalan Jepang

Ahad tanggal 4 Agustus 2019 , kita janjian bertemu di daerah Kambang Iwak , di depan KFC ada Kiki dan Dimas kelas XII IPS 6. Hari ini kita janjian untuk jalan-jalan melihat sisa-sisa peninggalan Jepang di Kota Palembang. Sebelum ketempat subjek sejarah ini kita menyempkan diri untuk sholat zhuhur di Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Jayawikromo. Sebelum masuk ke masjid, kita menyempatkan diri berfoto dititik Nol Km kota Palembang.
Gambar : Nol KM
Nol Km ini memisahkan batas ruang antara daerah seberang Ilir dengan seberang Ulu dengan Jembatan Ampera yang berdiri dengan megahnya.
Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Wijayawikromo adalah masjid yang bersejarah dalam perkembangan sejarah Kesultanan Palembang. Masjid tidak hanya tempat untuk beribadah saja tetapi masjid juga dijadikan tempat bertemunya para pemimpin dan rakyatnya. Masjid Sultan Mahmud Badaruudin Jayawikromo mempunyai peran penting dalam perjuangan Sultan Mahmud Badaruddin II yang mempunyai nama Raden Hasan. Dari masjid dibacakan doa dan pujian kepada Allah SWT dan juga dari masjid ini pemberi semangat dalam perjuangan Sultan Mahmud Badaruudin II. Dari masjid yang dibangun oleh kakek buyut Sultan Mahmud Badaruddin berkumandang doa-doa dan pujian yang berasal dari Latif Saman penggerak gelora jiwa para prajurit Sultan dalam menghadapi penjajahan asing.
Setelah sholat Zhuhur kami yang terdiri dari penulis, Kiki, Dimas, Irfan dan Nyimas sebagai fotografer dadakan kita. 

Gambar : halaman Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Wijayawikromo

 bergerak menuju lokasi peninggalan Jepang di kawasan Lebong Gajah. Jarak tempuh dari Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Wijayowikromo ke Lebong Gajah sekitar 10,5 km. perjalanan ini melintasan jalan utama Jendral Sudirman. Jalan Sudirman pada masa lalu disebut dengan Talang Jawa. Dari Jalan Sudirman kami berbelok ke Jalan Veteran simpang Charitas. Disebut dengan simpang Charitas karena disisi kiri perempatan jalan ini ada rumah sakit Charitas.
Rumah sakit Charitas adalah rumah sakit peninggalan dari penjajahan bangsa Belanda.
Gambar : Rumah Sakit Charitas Tempo Dulu

Pada masa Jepang. Rumah sakit Charitas dijadikan pangkalan Radio, ungkap Pak Mathius (umur 80 tahun) dan disini juga terdapat bangker dan terowong Jepang. Yang konon terowongan ini tembus sampai ke bangker Jepang yang ada di Jalan Sosial km 5.
Gambar : Bangker Jepang
Akhirnya sampai juga ditujuan kami untuk melihat peninggalan Jepang di daerah Lebong Gajah. Lebong Gajah salah satu kelurahan dari kecamatan Sematang Borang. Wilayahnya sekitar 193 ha ini menyimpan sejarah tersendiri bagi wilayah ini khususnya dan kota Palembang umumnya. Di kelurahan Lebong Gajah ini telah ditemukan bangker-bangker, tapak meriam peninggalan masa pendudukan Jepang.  Peninggalan Jepang ini ada sekitar 10 titik dengan jarak tempu 20 meter. Salah satu bangker Jepang yang ada adalah bangker yang didiami oleh ibu Yuni.
Gambar : wawancara dengan Bu Yuni Penghuni Bangker Jepang
Bu Yuni banyak bercerita tentang bangker yang didiaminya sebagai tempat tinggalnya. Bangker ini telah ditinggali oleh keluarganya sejak tahun 80an dan mereka sangat senang berada di bangker peninggalan Jepang.
Setelah dari rumah Bu Yuni kami melanjutkan perjalanan untuk melihat-lihat bangker lainnya . dari setiap titik bangker berjarak sekitar 20 meter dan ada sekitar 10 bangker , tapak meriam peninggalan Pendudukan Jepang.
Gambar : Salah satu Bangker Jepang di Kelurahan Lebong Gajah

Setelah puas kami mengelilingi kelurahan Lebong Gajah untuk melihat-lihat peninggalan masa Pendudukan Jepang di Kota Palembang kami pun
pulang untuk makan siang bersama.

Gambar : Makan siang bersama

Makan siang kita isi berdiskusi tentang hasil survei kita di kelurahan Lebong Gajah. Ternyata di kota Palembang banyak sekali kita temukan bukti-bukti sejarah. Dan sayangnya ada bukti-bukti sejarah ini telah hancur arena kurangnya perhatian oleh semua pihak yang terkait. Dan kekurangtahuan masyarakat tentang  benda-benda yang bisa dijadikan bukti peninggalan sejarah bangsa Indonesia. Dan kita berharap ada masyarakat yang peduli akan peninggalan sejarah ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kerajaan Cirebon