Sabtu, 23 Mei 2020

BAHAN AJAR : ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL (1)


ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL

2.      Budi Utomo
√ Budi Utomo : Pengertian, Sejarah, Tujuan, Perkembangan dan ...
Situasi sosial ekonomi di Jawa pada abad ke 19 semakin memburuk setelah berganti-ganti dilaksanakan eksploitasi kolonial dari cara tradisional sampai eksploitasi liberalisasi, politik ethis dan semakin derasnya westernisasi yang dilakukan pemerintah kolonial. Dengan demikian perubahan sosial ekonomi masyarakat tidak dapat dielakkan lagi dan keuntungan ekonomi Indonesia mengalir ke negeri Belanda. Akibatnya kemelaratan dan kesengsaraan semakin melekat dihati masyarakat. Dalam bidang pendidikan seperti janji pemerintah tidak terpenuhi, karena banyak anak Indonesia yang belum dapat pendidikan dikarenakan kurangnya dana. Hal itu menimbulkan keprihatinan Dokter Wahidin Sudirohusodo dari Yogyakarta. Pada tahun 1906 Wahidin mendirikan Yayasan Bea Siswa (Studie-fonds) untuk membiayai pemuda-pemuda yang pandai tapi miskin yang ingin melanjutkan pelajaran ke sekolah lebih tinggi. Untuk menghimpun dana, Wahidin melakukan propaganda keliling Jawa dan ketika sampai di Jakarta bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa STOVIA. Bersama-sama mereka kemudian mendirikan organisasi Budi Utomo atau “Budi Ingkang Utami”.
Realisasi dari keinginan Budi Utomo adalah memajukan pengajaran bagi orang Jawa agar mendapat kemajuan dan untuk membangkitkan kembali kultur Jawa. Jadi ada usaha mengkombinasikan antara tradisi, kultur dan edukasi Barat. Corak baru yang diperkenalkan Budi Utomo adalah “kesadaran lokal”1 yang diformulasikan dalam wadah organisasi moderen. Dalam hal ini organisasi itu mempunyai pemimpin, ideologi yang jelas dan punya anggota. Kelahiran Budi Utomo kemudian diikuti organisasi lain dan saat itulah perubahan sosial politik Indonesia dimulai.
Berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1908 menandai perkembangan baru dalam sejarah bangsa Indonesia. Van Deventer berkomentar “ India, negeri cantik jelita yang selama ini tidur nyenyak, kini telah bangkit”. Pers Belanda juga berkomentar tentang berdirinya Budi Utomo dengan kata-kata “Java vooruit” (Jawa Maju) dan “Java onwaakt” (Jawa Bangkit).2 Sebaliknya, pemerintah tidak senang dengan kelahiran “si molek”, orang Jawa semakin banyak “cingcong”. Kelompok etisi justru mendukung dan menganggap sebagai renaissance atau kebangkitan di Timur (Oostensche Renaissance) yaitu kebangkitan budaya Timur. “Priyayi gede” yang mapan juga tidak senang terhadap kelahiran Budi Utomo, bupati membentuk perkumpulan Regenten Bond Setia Mulia pada tahun 1908 di Semarang. Para bupati menganggap bahwa Budi Utomo mengganggu stabilitas sosial mereka, sebaliknya bupati progresif seperti Tirtokusumo dari Karanganyar justru mendukung.
Tanggal berdirinya Budi Utomo dikemudian hari selalu diperingatai bangsa Indonesia sebagai Hari Kebangkitan Nasional,3 karena merupakan organisasi pergerakan pertama sekalipun waktu didirikan masih bersifat kedaerahan. Kata Nasional Indonesia belum dipakai waktu itu, nama Indonesia sebelum 1922 belum dipakai, sebelumnya masih istilah Hindia Belanda . Namun demikian Budi Utomo mempelopori berdirinya perkumpulan moderen yang lain. Arah perkembangan pergerakan Budi Utomo adalah nasional. Jadi Budi Utomo dapat dipandang secara simbolis sebagai pergerakan nasional menentang penjajahan. Pengertian kebangkitan nasional dalam kaitannya dengan berdirinya Budi Utomo mengandung unsur simbolis, karena Budi Utomo juga melambangkan bangkitnya nasionalisme. Mahasiswa maupun pelajar sebagai pelopor pergerakan seperti terjadi di luar negeri, misalnya di Jerman setelah konggres Wina.

3.      Serikat Islam
SEJARAH SAREKAT ISLAM, AWAL KISAH PKI?
Organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada 16 Oktober 1905, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar Tionghoa. Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah lebih maju usahanya dan memiliki hak dan status yang lebih tinggi dari pada penduduk Hindia Belanda lainnya. Kebijakan yang sengaja diciptakan oleh pemerintah Hindia-Belanda tersebut kemudian menimbulkan perubahan sosial karena timbulnya kesadaran di antara kaum pribumi yang biasa disebut sebagai Inlanders. 
SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh. R.M. Tirtoadisurjo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia atas perintah pihak kolonial untuk menandingi hegemoni sarekat islam kh samanhudi. Pada tahun 1910, Tirtoadisuryo mendirikan lagi organisasi semacam itu di Buitenzorg.
     Berikut Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam:
a.    Perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina.
b.    Isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya
c.    Membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
Tjokroaminoto masuk SI bersama Hasan Ali Surati, seorang keturunan India, yang kelak kemudian memegang keuangan surat kabar SI, Oetusan Hindia.   
Tjokroaminoto kemudian dipilih menjadi pemimpin, dan mengubah nama SDI menjadi Sarekat Islam (SI). Pemerintah Hindia Belanda merasa khawatir terhadap perkembangan SI yang begitu pesat. SI dianggap membahayakan kedudukan pemerintah Hindia Belanda, karena mampu memobilisasikan massa. Namun Gubernur Jenderal Idenburg (1906-1916) tidak menolak kehadiran Sarekat Islam. Keanggotaan Sarekat Islam semakin luas. Perkumpulan ini semakin berkembang pesat ketika Tjokroaminoto memegang tampuk pimpinan dan mengubah nama perkumpulan menjadi Sarekat Islam. Jika ditinjau dari anggaran dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:
 Tujuan berdirinya SI sesuai anggaran dasar :
a.         Mengembangkan jiwa dagang.
b.         Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha.
c.         Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat.
d.        Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam.
e.         Hidup menurut perintah agama Islam.
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk golongan Priyayi (bangsawan) masyarakat Jawa dan Madura saja sebagaimana organisasi Boedi Oetomo. Tujuan SI adalah membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di antara muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI terbuka untuk semua lapisan masyarakat muslim. Artinya SI memiliki jumlah anggota yang banyak sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Pada waktu SI mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam anggaran dasarnya tidak terlihat adanya unsur politik, tapi dalam kegiatannya SI menaruh perhatian besar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Jika di telaah kebijakan pemerintah penjajah dengan tidak memberi izin kepada Si pusat namun memberi izin badan hokum SI local merupakan trik untuk memecah belah/mengkotak-kotak perjuangan rakyat Indonesia. Keadaan hubungan yang tidak harmonis antara Jawa dan Cina mendorong pedagang-pedagang Jawa untuk bersatu menghadapi pedagang-pedagang Cina. Di samping itu agama Islam merupakan faktor pengikat dan penyatu kekuatan pedagang-pedagang Islam.
Politik Kanalisasi Idenburg cukup berhasil, karena Central Sarekat Islam baru diberi pengakuan badan hukum pada bulan Maret 1916 dan keputusan ini diambil ketika ia akan mengakhiri masa jabatannya. Idenburg digantikan oleh Gubernur Jenderal van Limburg Stirum (1916-1921). Gubernur Jenderal baru itu bersikap agak simpatik terhadap Sarekat Islam. Seiring dengan perubahan waktu, akhirnya SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916.
Namun sebelum Kongres Sarekat Islam Kedua tahun 1917 yang diadakan di Jakarta muncul aliran revolusionaer sosialistis yang dipimpin oleh Semaun. Pada saat itu ia menduduki jabatan ketua pada SI lokal Semarang. Walaupun demikian, kongres tetap memutuskan bahwa tujuan perjuangan Sarekat Islam adalah membentuk pemerintah sendiri dan perjuangan melawan penjajah dari kapitalisme yang jahat. Dalam Kongres itu diputuskan pula tentang keikutsertaan partai dalam Voklsraad. HOS Tjokroaminoto (anggota yang diangkat) dan Abdul Muis (anggota yang dipilih) mewakili Sarekat Islam dalam Dewan Rakyat (Volksraad).
Kejadian-kejadian penting yang dialami Sarekat Islam pada Tahun 1923, antara lain:
a.         Meninggalkan politik bekerja sama (= cooperation) dengan pemerintah Belanda.
b.        Berubah menjadi suatu partai politik dengan nama Partai Serikat Islam ( = PSI).
c.         Serikat Islam (SI), daerah yang jumlahnya banyak sekali itu menjadi bagian dan PSI yang  meliputi seluruh wilayah Indonesia. #smib24081#


__________________
 Dari Berbagai Sumber


















22 komentar:

  1. Nama : sintya sari
    Kelas : XI IIS 1

    BalasHapus
  2. NAMA : FINI SEPTIRIANTI
    KELAS : XI IPS 1

    BalasHapus
  3. NAMA : MEYLINDA ALMI SAPTI
    KELAS : XI IPS 1

    BalasHapus
  4. Muhammad Al Fattah Hakkinen S
    XI IIS 3

    BalasHapus
  5. Nama: Annisa Vernanda Egidia
    Kelas: XI IIS 3
    Absen: 03

    BalasHapus
  6. Nama; Dwinta Mubaroka
    Kelas; XI IIS 3

    BalasHapus
  7. Nama: Wibi Shaputra
    Kls : xi Iis 3

    BalasHapus
  8. Anggun Olivia Ramadona
    XI iis 5

    BalasHapus
  9. Dimas Ramadhan Ariansyah
    XI iis 5

    BalasHapus
  10. Nama : Nur Aziza Fitriani
    Kelas : XI IIs 5

    BalasHapus
  11. Nama: Miftahul Jannah
    Kelas: XI IIS 5

    BalasHapus

Kerajaan Cirebon