ORGANISASI
PERGERAKAN NASIONAL
2. Budi
Utomo
Situasi sosial ekonomi di Jawa pada abad ke 19 semakin
memburuk setelah berganti-ganti dilaksanakan eksploitasi kolonial dari cara
tradisional sampai eksploitasi liberalisasi, politik ethis dan semakin derasnya
westernisasi yang dilakukan pemerintah kolonial. Dengan demikian perubahan
sosial ekonomi masyarakat tidak dapat dielakkan lagi dan keuntungan ekonomi
Indonesia mengalir ke negeri Belanda. Akibatnya kemelaratan dan kesengsaraan
semakin melekat dihati masyarakat. Dalam bidang pendidikan seperti janji pemerintah
tidak terpenuhi, karena banyak anak Indonesia yang belum dapat pendidikan
dikarenakan kurangnya dana. Hal itu menimbulkan keprihatinan Dokter Wahidin
Sudirohusodo dari Yogyakarta. Pada tahun 1906 Wahidin mendirikan Yayasan Bea
Siswa (Studie-fonds) untuk membiayai pemuda-pemuda yang pandai tapi miskin yang
ingin melanjutkan pelajaran ke sekolah lebih tinggi. Untuk menghimpun dana,
Wahidin melakukan propaganda keliling Jawa dan ketika sampai di Jakarta bertemu
dengan mahasiswa-mahasiswa STOVIA. Bersama-sama mereka kemudian mendirikan
organisasi Budi Utomo atau “Budi Ingkang Utami”.
Realisasi dari
keinginan Budi Utomo adalah memajukan pengajaran bagi orang Jawa agar mendapat
kemajuan dan untuk membangkitkan kembali kultur Jawa. Jadi ada usaha mengkombinasikan
antara tradisi, kultur dan edukasi Barat. Corak baru yang diperkenalkan Budi
Utomo adalah “kesadaran lokal”1 yang diformulasikan dalam wadah organisasi
moderen. Dalam hal ini organisasi itu mempunyai pemimpin, ideologi yang jelas
dan punya anggota. Kelahiran Budi Utomo kemudian diikuti organisasi lain dan
saat itulah perubahan sosial politik Indonesia dimulai.
Berdirinya Budi
Utomo pada 20 Mei 1908 menandai perkembangan baru dalam sejarah bangsa
Indonesia. Van Deventer berkomentar “ India, negeri cantik jelita yang selama
ini tidur nyenyak, kini telah bangkit”. Pers Belanda juga berkomentar tentang
berdirinya Budi Utomo dengan kata-kata “Java vooruit” (Jawa Maju) dan “Java
onwaakt” (Jawa Bangkit).2 Sebaliknya, pemerintah tidak senang dengan kelahiran
“si molek”, orang Jawa semakin banyak “cingcong”. Kelompok etisi justru
mendukung dan menganggap sebagai renaissance atau kebangkitan di Timur
(Oostensche Renaissance) yaitu kebangkitan budaya Timur. “Priyayi gede” yang
mapan juga tidak senang terhadap kelahiran Budi Utomo, bupati membentuk
perkumpulan Regenten Bond Setia Mulia pada tahun 1908 di Semarang. Para bupati
menganggap bahwa Budi Utomo mengganggu stabilitas sosial mereka, sebaliknya
bupati progresif seperti Tirtokusumo dari Karanganyar justru mendukung.
Tanggal
berdirinya Budi Utomo dikemudian hari selalu diperingatai bangsa Indonesia
sebagai Hari Kebangkitan Nasional,3 karena merupakan organisasi pergerakan
pertama sekalipun waktu didirikan masih bersifat kedaerahan. Kata Nasional
Indonesia belum dipakai waktu itu, nama Indonesia sebelum 1922 belum dipakai,
sebelumnya masih istilah Hindia Belanda . Namun demikian Budi Utomo mempelopori
berdirinya perkumpulan moderen yang lain. Arah perkembangan pergerakan Budi
Utomo adalah nasional. Jadi Budi Utomo dapat dipandang secara simbolis sebagai
pergerakan nasional menentang penjajahan. Pengertian kebangkitan nasional dalam
kaitannya dengan berdirinya Budi Utomo mengandung unsur simbolis, karena Budi
Utomo juga melambangkan bangkitnya nasionalisme. Mahasiswa maupun pelajar
sebagai pelopor pergerakan seperti terjadi di luar negeri, misalnya di Jerman
setelah konggres Wina.
3. Serikat
Islam
Organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan
perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji
Samanhudi di Surakarta pada 16 Oktober 1905, dengan tujuan awal untuk
menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar dapat
bersaing dengan pedagang-pedagang besar Tionghoa. Pada saat itu,
pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah lebih maju usahanya dan
memiliki hak dan status yang lebih tinggi dari pada penduduk Hindia Belanda
lainnya. Kebijakan yang sengaja diciptakan oleh pemerintah Hindia-Belanda
tersebut kemudian menimbulkan perubahan sosial karena timbulnya kesadaran di
antara kaum pribumi yang biasa disebut sebagai Inlanders.
SDI
merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian
rakyat sebagai dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan
ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh. R.M.
Tirtoadisurjo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia
atas perintah pihak kolonial untuk menandingi hegemoni sarekat islam kh
samanhudi. Pada tahun 1910, Tirtoadisuryo mendirikan lagi organisasi semacam
itu di Buitenzorg.
Berikut Latar belakang ekonomi
berdirinya Sarekat Islam:
a. Perlawanan terhadap para pedagang
perantara (penyalur) oleh orang Cina.
b. Isyarat pada umat Islam bahwa telah
tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya
c. Membuat front melawan semua
penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
Tjokroaminoto masuk SI bersama Hasan Ali Surati, seorang
keturunan India, yang kelak kemudian memegang keuangan surat kabar SI, Oetusan
Hindia.
Tjokroaminoto kemudian dipilih menjadi pemimpin, dan
mengubah nama SDI menjadi Sarekat Islam (SI). Pemerintah Hindia Belanda merasa
khawatir terhadap perkembangan SI yang begitu pesat. SI dianggap membahayakan
kedudukan pemerintah Hindia Belanda, karena mampu memobilisasikan massa. Namun
Gubernur Jenderal Idenburg (1906-1916) tidak menolak kehadiran Sarekat Islam.
Keanggotaan Sarekat Islam semakin luas. Perkumpulan ini semakin berkembang
pesat ketika Tjokroaminoto memegang tampuk pimpinan dan mengubah nama perkumpulan
menjadi Sarekat Islam.
Jika ditinjau dari anggaran dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah
sebagai berikut:
Tujuan berdirinya SI sesuai anggaran dasar :
a.
Mengembangkan jiwa dagang.
b.
Membantu anggota-anggota yang
mengalami kesulitan dalam bidang usaha.
c.
Memajukan pengajaran dan semua usaha
yang mempercepat naiknya derajat rakyat.
d.
Memperbaiki pendapat-pendapat yang
keliru mengenai agama Islam.
e.
Hidup menurut perintah agama Islam.
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk golongan
Priyayi (bangsawan) masyarakat Jawa dan Madura saja sebagaimana organisasi
Boedi Oetomo. Tujuan SI adalah membangun persaudaraan, persahabatan dan
tolong-menolong di antara muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan
SI terbuka untuk semua lapisan masyarakat muslim. Artinya SI memiliki jumlah
anggota yang banyak sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Pada
waktu SI mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg
menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam anggaran
dasarnya tidak terlihat adanya unsur politik, tapi dalam kegiatannya SI menaruh
perhatian besar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta
penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Jika di telaah kebijakan
pemerintah penjajah dengan tidak memberi izin kepada Si pusat namun memberi
izin badan hokum SI local merupakan trik untuk memecah belah/mengkotak-kotak
perjuangan rakyat Indonesia. Keadaan hubungan yang tidak harmonis antara Jawa
dan Cina mendorong pedagang-pedagang Jawa untuk bersatu menghadapi
pedagang-pedagang Cina. Di samping itu agama Islam merupakan faktor pengikat
dan penyatu kekuatan pedagang-pedagang Islam.
Politik Kanalisasi Idenburg cukup berhasil, karena Central
Sarekat Islam baru diberi pengakuan badan hukum pada bulan Maret 1916 dan
keputusan ini diambil ketika ia akan mengakhiri masa jabatannya. Idenburg
digantikan oleh Gubernur Jenderal van Limburg Stirum (1916-1921). Gubernur
Jenderal baru itu bersikap agak simpatik terhadap Sarekat Islam. Seiring dengan perubahan waktu, akhirnya SI pusat diberi
pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916.
Namun sebelum Kongres Sarekat Islam Kedua tahun 1917 yang
diadakan di Jakarta muncul aliran revolusionaer sosialistis yang dipimpin oleh Semaun. Pada saat itu ia menduduki
jabatan ketua pada SI lokal Semarang. Walaupun demikian, kongres tetap
memutuskan bahwa tujuan perjuangan Sarekat Islam adalah membentuk pemerintah
sendiri dan perjuangan melawan penjajah dari kapitalisme yang jahat. Dalam
Kongres itu diputuskan pula tentang keikutsertaan partai dalam Voklsraad. HOS Tjokroaminoto (anggota
yang diangkat) dan Abdul Muis (anggota yang dipilih) mewakili Sarekat Islam
dalam Dewan Rakyat (Volksraad).
Kejadian-kejadian
penting yang dialami Sarekat Islam pada Tahun 1923, antara lain:
a.
Meninggalkan politik bekerja sama (=
cooperation) dengan pemerintah Belanda.
b.
Berubah menjadi suatu partai politik
dengan nama Partai Serikat Islam ( = PSI).
c.
Serikat Islam (SI), daerah yang
jumlahnya banyak sekali itu menjadi bagian dan PSI yang meliputi seluruh wilayah Indonesia. #smib24081#
__________________
Dari Berbagai Sumber
Anggun Wulandari
BalasHapusXI IIS 2
Tito prasetia
BalasHapusNama : sintya sari
BalasHapusKelas : XI IIS 1
NAMA : FINI SEPTIRIANTI
BalasHapusKELAS : XI IPS 1
NAMA : MEYLINDA ALMI SAPTI
BalasHapusKELAS : XI IPS 1
Muhammad Al Fattah Hakkinen S
BalasHapusXI IIS 3
Nama: Annisa Vernanda Egidia
BalasHapusKelas: XI IIS 3
Absen: 03
Nama; Dwinta Mubaroka
BalasHapusKelas; XI IIS 3
Nama: Wibi Shaputra
BalasHapusKls : xi Iis 3
Muhammad Arif Kurniawan
BalasHapusXI IIS 3
Muhammad Rizky
BalasHapusXI IIS 5
Anggun Olivia Ramadona
BalasHapusXI iis 5
Dimas Ramadhan Ariansyah
BalasHapusXI iis 5
r.a.salsabilla
BalasHapusXI IIS 5
muthia aldafa fajrina
BalasHapusXI IIS 5
Nugraha Ramadhan Tjikwan
BalasHapusXI.IIS.5
mega utami
BalasHapusXI iis 5
M Ihsan Maulana
BalasHapusKelas : XI IIS 5
Cahya Mahadi Putri
BalasHapusXI IIS 5
Khaifa shabila
BalasHapusXI IIS 5
Nama : Nur Aziza Fitriani
BalasHapusKelas : XI IIs 5
Nama: Miftahul Jannah
BalasHapusKelas: XI IIS 5