Rabu, 23 September 2020

 

TEORI MASUKNYA AGAMA ISLAM DI INDONESIA[1]

MUNIRA[2]


_____________________________________________________________________________________

Dalam bukunya Menemukan Sejarah, Wacana Pergerakan Islam di Indonesia (1995), Karya Ahmad Mansyur Suryanegara, ada tiga teori mengenai masuknya Islam di Nusantara. Ketiga teori tersebut, yakni Islam datang dari Gujarat ( teori Gujarat), Islam datang dari Arab ( Teori Makkah) dan dari Persia (teori Persia)

 

1.      TEORI MAKKAH

Sejarah Islam di Indonesia telah mendarahdaging bagi bangsa Indonesia sendiri. Sejak Islam datang ke Indonesia sejak abad ketujuh. Kedatangan Islam ke Indonesia yang saat itu lebih dikenal dengan kata istilah Nusantara telah mempengaruhi kehidupan masyarakat saat itu. Hal ini ditunjang oleh adanya jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad ke-7[3].

Islam datang ke Indonesia dengan rasa damai. Islam ke Indonesia diabad ketujuh ini diperkuat dari hasil Seminar Nasional tentang Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia pada tahun 1963 di kota Medan. Salah satu tokoh yang mengemukakan  pendapat tentang Masuknya Islam di Indonesia adalah Dr. Hamka. Dalam kesimpulan risalah seminanya beliau mengemukakan bahwa:



1.      Agama Islam telah berangsur datang ke tanah air kita sejak abad yang pertama (abad ke 7 M). dibawa oleh saudagar-saudagar Islam yang intinya ialah orang-orang Arab diikuti oleh orang-orang Persia dan Gujarat. Mereka bukanlah missi sebagai yang biasa dipikirkan oleh dunia Kristen, sebab pada hakekatnya setiap orang Islam adalah mempunyai kewajiban Missi.

2.      Oleh karena penyebaran Islam itu tidak dijalankan dengan kekerasan dan tidak dengan penaklukan negeri, maka jalannya berangsur-angsur. Sejak zaman Sriwijaya sampai zaman Kediri, Daha, Djanggala, Majapahit, sudah ada kelopok-kelompok umat Islam, terutama negeri di tepi pantai. Barulah mereka mempunyai kekuasaan yang nyata dan pemerintahan teratur dalam abad ke 12 dan 13.

3.      Sepahamlah saja dengan pemberi saran bahwa yang diuraikan secara simbolis oleh penyususn “Hikayat Radja-Radja Pasai” dan “Sedjarah Melaju” dapat diterima. Yaitu Islam datang dari Mekkah dengan berlambangkan Syech Ismail sebagai utusan Syarief Mekkah dan singgah di Muktabar (Malabar) menjemput seorang guru keturunan Syaidina Abubakar Siddik yaitu bekas Sultan Muhammad menjadi Fakir Muhammad.

4.      Yang datang itu ialah ummat Islam bahasanya ialah  Arab dan keturunan Arab. Termasuk didalamnya Bani Gudjarat, Malabar, Persia dsb.

5.      Mazhab Syafei’ mengalir dan memanjang dari Mekkah, melalui pantai selatan tanah Arab, yaitu jaman Hadramaut, langsung ke Malabar. Penganutnya tidak merasaan perbedaan bagsa, karena ikatan ummah, dan memakai bahasa Arab, orang-orang Indonesia sejak abad pertama telah menggali ediologi Islam ke Mekkah dengan berintikan mazhab Syafi’i itu ahli sunnah wal jammah)[4].

Selain Buya Hamka yang menyatakan Islam datang ke Indonesia abad ke-7 dan dari Arab, dalam artikelnya Abd.Ghofur mengemukan pendapat dari Sayyid Mohammad Naquib al-Attas bahwa sebelum abad ke -17 M seluruh literature keagamaan yang relevan tidak satupun pengarang muslim tercatat dari India. Penulis yang dipandang Barat sebagai berasal dari India terbukti berasal dari Arab atau Persia. Benar bahwa sebagian karya yang relevan tentang keagamaan itu ditulis di India tetapi asal kedatangan penulis tersebut adalah dari kawasan jazirah Arab, (Mekkah, Mesir, Yaman) dan Persia. Dan ada pula kemungkinan kecil sebagiannya berasal dari penulis Turki atau Maghrib  dan yang lebih penting bahwa kandungan nilai-nilai ajaran Islam adalah dari Timur Tengah bukan dari India.Termasuk penggunaan gelar Syarif, Said, Muhammad, Maulana juga identik dengan asal mereka dari Mekkah dan kedatangan  mereka termasuk paling awal di kawaasan Nusantara ini. Kemudian bukti lain adalah pada tahun 1297 M Gujarat masih berada di bawah naungan kerajaan Hindu, setahun kemudian baru ditaklukkan tentara muslim[5].


Azyumardi Azra dalam bukunya “Islam Nusantara” menyatakan :

 “…Islam di Nusantara dibawa langsung dari Tanah Arab pada Abad ke-VII yang diperkenalkan langsung oleh para guru atau juru dakwah dan orang yang pertama kali masuk Islam adalah para penguasa…”[6].

 

Kesimpulan dari pernyataan para ahli tersebut di atas memungkinkan bahwa Islam telah masuk Indonesia abad ke-7 dan dibawa langsung oleh orang-orang Arab.

2.      TEORI GUJARAT

Teori ini menyatatakan bahwa masuknya Islam berasal dari Gujarat India sekitar Abad XIII M. [7]. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Pijnappel yang merupakan professor tentang studi Melayu di Universitas Leiden[8]. Penyebaran Islam ke seluruh Nusantara berafiliasi pada mazhan Syafei  Arab dari Gujarat dan Malabar, [9]. Kemudian teori ini dikembangkan oleh  Snaouck Hurgronje, dalam bukunya  L’Arabie et Leslndes Neerlandaise, atau Revue de I’histoire des Religioud. Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua India. Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab. Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan gelar “sayid” atau “syarif ” didepan namanya.Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912) yang memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh.[10].


Snouck Hurgronje lebih menitikberatkan  pandangannya ke Gujarat berdasarkan ; kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam menyebarkan agama Islam ke Nusantara, hubungan dagang Indonesia-India telah terjalin lama, inskripsi tertua tentang Islam terdapat di Sumatera memberikan gambaran antara hubungan Sumatera dan Gujarat[11].

 

3.      TEORI PERSIA

 
Keterangan Gambar : Husein Dajajadinigrat

Teori ini berpendapat bahwa Agama Islam dibawa dari Persia atau sekarang dikenal dengan Negara Iran. Pencetus teori ini  P.A.Husein Djajadinigrat . teori ini menitiberatkan tinjauan kepada kebudayaan yang hidup dikalangan masyarakat Islam  Indonesia yang dirasakan mempunyai kesamaan dengan Persia. Di antaranya adalah;

Keterangan Gambar : Acara Tabuik di Pariaman


a.       Peringatan Asyura atau 10 Muharram sebagai peringatan Syia’h atas Syahidnya Husein bin Ali RA

b.      Kesamaan antara Syech Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj

c.       Penggunaan istilah bahasa Iran dalam mengeja atau membaca huruf Arab

d.      Nisan Malikul Shaleh 1297 dan makam Malik Ibrahim 1419 di Gresik[12].

 

4.      Teori Cina

Teori ini berkembang dikarenakan adanya unsur budaya China dalam beberapa kebudayaan Islam di Indonesia. Menurut Emanuel Godinho De Evedia, Islam datang ke Nusantara dari China melalui Canton dan Hainan pada kurun waktu abad IX M. hal ini berdasarkan kajian batu nisan Fatimah binti Maimun di Leran , Jawa Timur 1035 M. Batu nisanya mempunyai persamaan dengan batu-batu nisan di Phan-Rang, Champa Selatan[13]. Slamet Mulyana berpendapat bahwa Islam di Nusantara bukanlah Islam murni dari Arab, melainkan Islam campuran yang memiliki varian. Ia menyebutkan bahwa Sunan Kalijaga masa mudanya bernama Raden Said taklain Gan Si Cang. Sedangkan Panglima perang Toh A Bo  adalah putra Pangeran Trenggana yaitu Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati[14].

 Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa ada beberapa teori tentang masuknya Islam di Indonesia dengan berbagai analisis dari beberapa ahli. Baik dari ahli luar negeri maupun dalam negeri . Teori ini didukung dengan bukti-bukti yang disajikan oleh para pendukung teori tersebut. Dan semoga artikel kecil ini bermanfaat bagi kita semua untuk memahami materi sejarah Kerajaan-Kerajaan Maritim Masa Islam.#smb#



[1] Artikel ini ditulis untuk penguatan materi ajar Sejarah Kerajaan-Kerajaan Maritim Bercorak Islam di Indonesia.Kelas XI Peminatan  Tahun Ajaran 2017-2018

[2] Guru SMA Negeri 10 Palembang

[3] Uka Tjandrasasmita, dalam Ensiklopedia Tematis Dunia Islam Asia Tenggara, Kedatangan dan Penyebaran Islam, 2002, PT.Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, hlm. 9-27

[4] ----, Risalah Seminar Sedjarah Masuknja Islam ke Indonesia, Kumpulan Pidato,retu dan pendapata para pemimpin pemerasaran dan pembanding dalam seminar tanggal 17-20 Maret 1963 di Medan, Diterbitkan Panitia Seminar Sedjarah Masuknya Islam ke Indonesia.h:87-88

[5] Abd.Ghofur, “Tela’ah Krtitis Masuk dan Berkembangnya Islam di Nusantara,” dalam Jurnal Ushuluddin, (Vol.XVII No.2, Juli 2011), h.162

[6] Azyumardi Azra, Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal (Bandung: Mizan, 2002), h. 31.

[7] Ibid, Azra,h.2

[8] G.J.W, Drewes, “ New Light on The Coming of Islam to Indonesia,” dalam BKI,1968.h.440-441

[9] Azra,h.3

[10] https://www.researchgate.net/publication/338067152_Teori_masuknya_islam_ke_nusantara

[11] Latifa Annum, “Dalimuthe, Kajian Proses Islamisasi di Indonesia ,” dalam Jurnal Studi Agama dan Masyarakat (Vol.12,No.1, Juni 2016), h. 118-118.

[12] Muhammad Syarief Hidayatullah, Teori-Teori Islam ke Wilayah Timur Indonesia,  FIB UI,2014. H.9

[13] A.Habib Alwi, Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh, Lantera: Jakarta;1995,h.43

[14] Slamet Mulyana, Runtuhnyaa Kerajaan Hindu-Jawa Dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, Jakarta : LKiS.h.126-128

Minggu, 20 September 2020

PERLAWANAN GOWA

 SULTAN HASANUDDIN



Masyarakat Goa ingin hidup merdeka dan bersabar kepada siapa saja tanpa  hak istimewa. Masyarakat Goa senantiasa berpegang pada prinsip hidup sesuai dengan kata kata ,”Tanahku terbuka bagi semua bangsa, Tuhan menciptakan tanah dan lalu, tanah dibagikannya untuk semua manusia dan laut adalah milik bersama.” Dengan prinsip keterbukaan itu maka Goa cepat berkembang. Pemerintahannya berada di Somba Opu yang sekaligus menjadi pelabuhan kerajaan Gowa. Sombo Opu senantiasa terbuka untuk siapa saja banyak para pedagang asing yang tinggal di kafe itu misalnya, Inggris, Denmark, Portugis dan Belanda. Mereka diizinkan membangun kunci di kota itu. Somba Opu telah berperan sebagai bandar perdagangan Persinggahan kapal-kapal dagang dari timur ke barat atau sebaliknya. 



Pelabuhan Somba  Opu memiliki posisi yang strategis dalam jalur internasional. Oleh karena itu VOC berusaha keras untuk mendapat dan  mengendalikan Gowa. VOC ingin menguasai pelabuhan Somba Opu serta menerapkan monopoli perdagangan untuk itu harus dapat menundukkan kerajaan Gowa. Berbagai upaya untuk menguasai pelabuhan Somba Opu. tahun 1634, VOC melakukan blokade terhadap pelabuhan Somba Opu, tetapi gagal karena perahu-perahu Makasar yang berukuran kecil lebih Lincah dan mudah bergerak di antara pulau- pulau yang ada. Kemudian kapal kapal VOC merusak dan menangkap kapal - kapal pribumi maupun kapal - kapal asing lainnya. 


Raja Gowa, sultan Hasanuddin ingin segera menghentikan tindakan VOC yang anarkis dan provokatif itu. Sultan Hasanuddin menentang ambisi VOC, yang ingin memaksakan monopoli di Gowa . Sementara itu juga VOC mempersiapkan diri untuk menundukkan Gowa. Politik Devide et Empera mulai dilancarkan. Misalnya VOC menjalin hubungan dengan seorang pangeran Bugis dari Bone yang bernama Aru Palaka. Setelah mendapat dukungan Aru Palapa pimpinanVOC Jendral Maetsuyker memutuskan untuk menyerang Gowa. Dikirimlah pasukan Ekspedisi yang terdiri dari tentara VOC, orang orang Ambon, dan orang orang Bugis Bone pimpin oleh Aru Palaka . 7 Juli 1667 meletus perang Gowa. Tentara VOC dipimpin oleh Cornelius Janszoon Spelman, diperkuat oleh pengikut Aru Palaka Adam orang- orang Ambon di bawah pimpinan Jonker Van Manipa. 





Dengan kekuatan menyerang kesegala Penjuru VOC berhasil menahan pasukan Hasanuddin. Dan mendesak pasukan Hasanuddin juga berhasil menduduki benteng pertahanan di Borambang oleh pasuka Aru Palaka. Hal ini menandai kemenangan pihak VOC atas kerajaan Gowa.


Sultan Hasanuddin kemudian di paksa untuk menandatangani perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667, yang isinya antara lain sebagai berikut:

  1. Gowa harus mengakui hak monopoli VOC

  2. Semua orang Barat, kecuali Belanda harus meninggalkan wilayah Gowa

  3. Goa harus membayar biaya perang

  4. Belanda Dapa mendirikan benteng di Makasar

  5. Makasar harus melepaskan daerah- daerah jajahannya seperti Bone dan pulau- pulau di luar Makasar. 

  6. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone





Sultan Hasanuddin tidak ingin menandatangani perjanjian Bangaya yang merugikan masyarakat Gowa dan Makasar. 1668 sultan Hasanuddin melakukan perlawanan kembali namun tidak berhasil bahkan benteng pertahanan rakyat goa jatuh dan dikuasai oleh VOC. Benteng itu kemudian oleh Spelman diberi nama Benteng Rotterdam. Perjuangan sultan Hasanuddin dilanjutkan oleh putranya Mapasomba dengan gigi dan tekat untuk mengusir Belanda dari Makasar. Sikapnya yang keras dan tidak mau bekerjasama menjadi alasan Belanda Mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menghancurkan Mapasomba dan nasib Mapasomba sendiri tidak diketahui. Belanda pun berkuasa sepenuhnya atas Kesultanan Makasar.#smb#


________________

Dari Berbagai Sumber



Kerajaan Cirebon