Kamis, 17 September 2020

PERLAWANAN SULTAN AGUNG MATARAM

 SULTAN AGUNG




PERLAWANAN SULTAN AGUNG





Sultan Agung adalah raja yang paling terkenal dari kerajaan Mataram. Pada masa pemerintahan sultan Agung kerajaan Mataram mencapai zaman keemasan. Sebelumnya Sultan Agung berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa seperti Gresik (1613),  Tuban (1616), Madura (1624), dan Surabaya (1625).  Setelah berhasil menyatukan kerajaan - kerajaan Islam di Jawa Sultan Agung mengalihkan perhatiannya pada VOC atau Kompeni di Batavia yang saat itu dibawa pimpinan Pieterszoon Coen. 



Cita-cita Sultan Agung adalah :

  1. Mempersatukan seluruh tanah Jawa,

  2. Mengusir kekuasaan asing dari bumi Nusantara

Sultan Agung sangat menentang keberadaan kekuatan VOC yang terus memaksa kehendak untuk melakukan monopoli perdagangan yang membuat para pedagang pribumi mengalami kemunduran. 

Perlawanan Sultan Agung terhadap VOC di Batavia dilakukan pada tahun 1628 dan 1629. Ada beberapa alasan mengapa Sultan Agung merencanakan serangan ke Batavia, yakni :

  1. Tindakan monopoli yang dilakukan VOC

  2. VOC sering menghalang-halangi kapal - kapal dagang Mataram yang akan berdagang ke Malaka

  3. VOC Menolak untuk mengakui kedaulatan Mataram

  4. Keberadaan VOC di Batavia telah memberikan ancaman serius bagi masa depan pulau Jawa


Bentuk perlawanan Sultan Agung terhadap VOC

  1. Perlawanan Pertama, 1628




Sultan Agung mempersiapkan pasukan Mataram dengan segenap persenjataan dan perbekalannya untuk menyerang VOC di Batavia. Jenderal VOC pada masa itu adalah J.P.Coen . Ora Mataram merencanakan untuk untuk melakukan penutupan hampir seluruh pantai Jawa atas perintah Temanggung Baureksa Dari Kendal. 14 kapal yang bermuatan beras tiba di Batavia dibawa pimpinan Kia Rangga pada 13 April 1628. Dengan Perbekalan yang banyak Temanggung Baureksa tiba di Batavia pada 22 Agustus 1628 dengan membawa 50 kapal. 




Pasukan Mataram membuat pos - pos Penjagaan pertahanan, tetapi Kompeni terus berusaha menghalang-halangi akibatnya perang pertempurandianta  kedua belah pihak tidak dapat dihindari. Ditengah krisis tersebut datanglah pasukan Mataram yang lain di bawah Temanggung surah Agul Agul yang dibantu oleh Kiai Dipati Mandareraja  dan Upah Santa. Kemudian datang pula orang orang Sunda dibawa pimpinan Dipati Ukur. 

Orang orang Belanda membakar kampung-kampung yang bisa dimasuki oleh pasukan Mataram. Pasukan Mataram yang handak mendekati benteng dengan mudahnya Belanda mengusir mereka karena pihak Mataram tidak mendapat tempat persembunyiannya.

Pertempuran antara pasukan Mataram dan Belanda terus berlangsung yang ber akibat banyaknya gugur dari pihak Mataram dan akhirnya pasukan Mataram tidak mampu mengalahkan Belanda.


  1. Perlawanan Kedua, 1929



Persiapan perlawanan kedua dipersiapkan terutama bagian logistik.  Sultan Agung meningkatkan jumlah kapal dengan senjata, ia juga membangun Lumbung Lumbung beras untuk Persediaan bahan makanan seperti di Tegal dan di Cirebon. Serangan kedua dilakukan tahun 1929. Utusan Mataram yang bernama Warga , menawarkan perdamaian dengan VOC, tetapi setelah diketahui maksud sebenarnya Mataram, dia dihukum mati. Sebagai pimpinan pasukan Mataram di percaya kepada Temanggung Singaranu, Kiai Dipati Juminah. 

Pertempuran sengit terjadi antara pasukan Mataram dengan Batavia. Belanda berhasil menghancurkan kapal - kapal dan Lumbung beras Mataram. Adanya berita tentang tewasnya Coen menjadi semangat dari pasukan Mataram untuk menyerang Belanda. Namun Belanda justru menambah kekuatan untuk melawan pasukan Mataram yang berakibat melemahnya pasukan Mataram. 

Semangat Juang pasukan Mataram walaupun mereka kalah terhadap VOC namun mereka tetap ditakuti oleh pihak Belanda hal ini bisa dibuktikan dengan kehawatiran Belanda terhadap pasukan Mataram. Walaupun Mataram kalah VOC tetap mengirimi upeti kepada Mataram dengan kompensasi diizinkannya VOC untuk melakukan perdagangan di pantai utara Jawa. Dalam perdagangan ini VOC cenderung melakukan monopoli. 

Tahun 1065 Sultan Agung meninggal tapi sayangnya semangat Sultan Agung tidak diwarisi oleh raja-raja pengganti Sultan Agung. Mataram menjadi semakin lemah sehingga akhirnya berhasil dikendalikan oleh VOC. Sultan Amangkurat I pengganti sSultan  Agung memerintah tahun 1646 - 1677 merupakan raja yang lemah dan bersahabat dengan VOC. Bersifat reaksioner dengan bersikap sewewenang - wewenang kepada rakyat dan kejam terhadap para ulama berakibat pada masa pemerintahan Amangkurat I timbul berbagai perlawanan rakyat, salah satunya perlawanan yang dipimpin oleh Trunajaya. 




Faktor yang menyebabkan kegagalan Sultan Agung dalam menguasai Batavia antara lain:

  1. Munculnya penghianat dari dalam pasukan Mataram

  2.  Kekurangan bahan makanan akibat dibakar VOC

  3.  Jarak Mataram dengan Batavia yang terlalu jauh

  4. Berjangkitnya penyakit Pes

  5. VOC Menggunakan taktik perang parit yang sukar ditembus oleh pasukan Mataram

  6. Persenjataan yang kalah modern.


Meskipun  tidak berhasil mengusir VOC dari Batavia, Sultan Agung sudah menunjukkan semangat anti penjajahan asing khususnya Kompeni Belanda.#smb#




_______________________

Dari Berbagai Sumber






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kerajaan Cirebon