Jumat, 18 September 2020

PERLAWANAN BANTEN

 SULTAN AGENG TIRTAYASA



Letak Banten yang sangat strategis sebagai bandar perdagangan internasional membuat bangsa Belanda ingin menguasai Banten. Sejak dari awal bangsa Belanda berkeinginan menguasai Banten. Belanda yang ingin menguasai pelabuhan Merak membuat orang Banten sangat marah dan menaruh dendam terhadap VOC. Apalagi VOC telah dengan susunan wewenang merebut Jayakarta yang menjadi wilayah kekuasaan kerajaan Banten dan berusaha memblokade pelabuhan dengan kerajaan Banten. Tahun 16 dua tujuh di bulan Desember orang orang Banten merencanakan pembunuhan terhadap J.PCoen. Tetapi rencana itu bocor dan telah diketahui musuh. Kemudian mereka mengamuk dan membunuh beberapa orang Belanda.

Tahun 1633 orang orang Banten yang berlayar dan berdagang di kepulauan Maluku di berlakukan tindakan sewewenang-wewenang oleh VOC.




Tahun 1651, Pangeran Surya naik tahta di Kesultanan Banten. Ia adalah cucu sultan Abdul Mufakir Mahmud Abdul Karim, anak dari Sultan Abu AL-Ma’ali Ahmad yang wafat tahun 16 50. Pangeran Surya bergelar Sultan Abu AL-Fath Abdul Fatah. Sultan Abu  al-Fath AbdulFatah ini lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Beliau berusaha memulihkan posisi Banten sebagai bandar perdagangan internasional sekaligus menandingi perkembangan VOC di Batavia. Hal ini dibuktikan dengan peperangan- peperangan yang dilakukannya melawan Kompeni atau  Belanda, baik di darat maupun di laut. Wilayah kerajaan Banten seperti di daerah Angke, Pesing dan Tanggerang sering terjadi pertempuran pertempuran yang membawa korban kedua belah pihak.





Perusakan terhadap kebun- kebun milik VOC salah satu sasarannya adalah tanaman tebu. Akibat serangan VOC memperkuat pertahanan kota Batavia dengan mendirikan benteng salah satunya bernama Noordjwijk. Sultan Ageng Tirtayasa sultan Ageng Tirtayasa juga memperkuat pertahanan Banten dengan membuat saluran irigasi yang membentang dari sungai Pontang sampai sungai untung Jawa..


Pada tahun 1671 sultan Ageng Tirtayasa mengangkat mood Rahma kota Abdu Nazar Abdul Kahar sebagai raja pembantu yang lebih dikenal dengan nama sultan Haji. Sultan Haji bertanggung jawab dalam urusan dalam negeri dan sultan Agung Tirtayasa bertanggung jawab urusan Luar Negeri dibantu putranya yang lain, yaitu pangeran Arya Purbaya. Pemisahan kekuasaan ini dicium oleh VOC di Banten W. Caeff. Ia kemudian mendekati dan menghasut sultan Haji agak urusan pemerintahan di Banten tidak dipisah-pisah dan jangan sampai kekuasaan jatuh ke tangan Arya Purbaya. Karena hasutan VOC ini sultan Haji mencurigai ayah dan saudaranya. Karena ada hasutan dari VOC ini timbulah pertentangan yang begitu tajam antara sultan Haji dengan sultan Ageng Tirtayasa. 




 

 Sultan Haji yang berhasil dihasut oleh VOC melahirkan persekongkolan antar keduanya untuk merebut tahta Kesultanan Banten.  Bersedia membantu sultan Haji dengan mengajukan empat syarat, (1), , Banten harus menyerahkan Cirebon kepada VOC (2), monopoli lada di Banten dipegang oleh VOC dan harus menyingkir kan para pedagang Persia, India, dan Cina,(3), Banten harus membayar 600.000 Ringgit apabila ingkar janji, dan (4), pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan Pedalaman Priangan segera ditarik kembali. Isi perjanjian ini disetujui oleh Sultan Haji.1681 atas nama Sultan Haji berhasil merebut Kesultanan Banten. Istana Surosowan berhasil dikuasai dan Sultan Haji menjadi sultan Banten yang berkedudukan di istana Surosowan.




Pasukan Sultan Ageng Tirtayasa masih kuat hingga berhasil mengepung VOC bersama dengan Sultan Haji. VOC Memberikan perlindungan kepada Sultan Haji dibawa pimpinan Jacob  de Roy. Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa berakibat terhadap adanya perjanjian kembali antara SultanHaji dengan VOC. Perlawanan perlawanan terus dilakukan Sultan Ageng Tirtayasa untuk merebut kembali Kesultanan Banten dari Sultan Haji yang didukung oleh VOC. Sultan Ageng Tirtayasa berhasil mengepung istana Surosowan tahun 1682. Kemudiam Sultan Haji meminta bantuan tentara VOC yang pimpinan Francois Tack. Pasukan Ageng Tirtayasa dapat dipukul mundur sampai ke istana Tirtayasa. Namun Sultan Ageng masih melakukan perlawanan walau dengan cara gerilya.



Perlawanan yang terus dilakukan oleh sultan Ageng Tirtayasa, akhirnya sultan Haji mengutus 52 orang keluarganya untuk membujuk sultan Ageng Tirtayasa. Setelah berhasil membujuk sultan Haji dalam P oce menerapkan tipu Muslihat dengan mengapung Iring iringan sultan Ageng Tirtayasa menuju ke istana Surosowan pada tanggal satu 4 Maret 1683. Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap Namun pangeran Arya Purbaya berhasil lolos. Kemudian sultan AgengDipenjarakan di Batavia sampai meninggal pada tahun 1692. Meninggal nya sultan Ageng Tirtayasa api semangat melawan B oce tetap ada di rakyat Banten. Hal ini terbukti masih adanya perlawanan rakyat Banten terhadap VOC antara lain tahun 1750 yang dipimpin oleh Ki Tapa dan Ratu Bagus. Perlawanan ini sangat sulit dihadapi oleh VOC walaupun akhirnya bisa dipadamkan oleh VOC.#smb#


_______________________

Dari berbagai Sumber 












Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kerajaan Cirebon